Pemblokir Iklan Terdeteksi

Matikan adBlock anda untuk dapat mengakses situs ini.

translate to english

Product Development: Rahasia Menciptakan Produk Baru yang Jempolan!

Konten [Tampil]

Ingin mulai berbisnis, tapi bingung mau bikin produk apa? Atau, khawatir setelah buat produk malah tidak laku di pasaran? Jika jawabannya iya, mungkin Anda perlu belajar product development dulu.

Di artikel ini, kami akan mengajak Anda memahami product development beserta prosesnya. Nantinya, Anda akan lebih mampu untuk membuat produk yang bukan hanya stand out tapi juga laris diborong pembeli. Tertarik, kan? 

Yuk langsung simak penjelasannya!

Apa itu Product Development dan Kenapa Penting Dilakukan?

Product development adalah rangkaian proses pengembangan produk baru menggunakan suatu ide dan konsep yang sesuai dengan selera pasar. 

Proses ini ibarat tulang punggung bagi pembuatan produk baru yang jika tidak dilakukan dengan benar, bisa membuat produk gagal di pasar. 

Faktanya, 80% produk baru terbukti tidak laku karena dibuat tanpa product development yang matang.

Katakanlah kalau sebuah perusahaan berencana membuat makanan instan microwave. Tujuannya, agar konsumen bisa mengonsumsi makanan siap saji secara praktis. 

Ternyata, baru diketahui bahwa kemasan yang dibuat tidak tahan panas. Pada akhirnya, konsumen tetap harus menyiapkan tempat makan sendiri untuk makanan tersebut. Tentu tidak sesuai dengan tujuan awal produk dibuat, bukan? 

Belum lagi kalau produk terlanjur dilabeli premium dengan harga yang mahal, tentu konsumen akan memilih alternatif produk lain alih-alih produk baru tersebut. 

Nah, kejadian di atas bisa Anda hindari dengan melakukan proses product development. Apa saja manfaatnya?

  1. Memberikan Value Baru untuk Pelanggan

Dengan product development, Anda dapat membuat produk dengan fitur yang lebih baik daripada kompetitor Anda dan memberikan value lebih kepada konsumen. Sehingga, pelanggan memiliki alasan untuk beralih dari produk kompetitor ke produk Anda.

  1. Membuat Produk yang Bermanfaat

Product development membantu Anda memahami bagaimana produk bisa digunakan pelanggan dengan baik. Dengan begitu, Anda bisa membuat produk yang paling dibutuhkan oleh konsumen, yang tentu akan berdampak pada jumlah penjualannya. 

  1. Menjaga Eksistensi dan Perkembangan Bisnis

Dengan terus menciptakan produk baru yang berkembang sesuai permintaan pasar, bisnis Anda dapat terus berjalan baik. Alasannya, setiap produk yang diluncurkan mampu menjawab kebutuhan konsumen karena rangkaian product development yang tepat. Inilah yang mampu mencegah terjadinya produk gagal karena tidak adanya pembeli. 

Lalu, apa saja proses yang diperlukan dalam pengembangan produk? Simak pembahasan selanjutnya.

Proses Product Development

Setidaknya ada delapan tahap dalam proses product development yang perlu dilakukan, yaitu:

  1. Mengembangkan Ide dan Konsep
  2. Melakukan Riset untuk Validasi Produk
  3. Membuat Sketsa Produk
  4. Membuat Prototype Produk
  5. Merancang Supply Chain
  6. Membuat Perencanaan Anggaran
  7. Melakukan Uji Pemasaran
  8. Launching Produk

Berikut ini penjelasan detail proses product development:

1. Mengembangkan Ide dan Konsep

Mungkin saat mencari ide produk, Anda punya pertanyaan “Nungguin ide kok enggak lewat-lewat ya?”

Sebaiknya, jangan menunggu ide datang. Jemput ide itu menggunakan SCAMPER model, yaitu teknik mendapatkan ide dengan menjawab tujuh pertanyaan utama seputar produk. 

Elemen dalam SCAMPER meliputi Substitute, Combine, Adapt, Modify, Put another use, dan Eliminate. Anda bisa menggunakan salah satu atau gabungan elemen-elemen tersebut ketika mengembangkan ide produk. 

ilustrasi scamper dalam product development
sumber: pinterest

Berikut ini adalah penjelasan detail dari SCAMPER model:

  • Substitute

“Bagian apa ya yang bisa diganti dari produk yang sudah ada?”

Anda bisa mencari ide untuk menggantikan atau substitusi produk yang sudah ada tapi sedang dibutuhkan pasar (market fit). Bisa dari bentuk produk atau fungsi produknya. 

Sebagai contoh, umumnya produk orange juice berbentuk minuman dalam kemasan botol. Nah, Anda bisa menciptakan produk baru minuman jeruk tersebut dengan bentuk bubuk atau padat dalam kemasan sachet. 

contoh penerapan substitute dalam produk
sumber: medium

Orange juice bubuk tentu lebih praktis dibawa kemana-mana dan bisa dinikmati kapan saja dengan menambahkan air sesuai selera.

  • Combine

“Fungsi dan bahan apa yang bisa digabungkan dalam suatu produk baru?”  adalah pertanyaan yang perlu Anda jawab ketika menerapkan elemen Combine. 

Katakanlah Anda memiliki produk orange juice dalam bentuk bubuk. Lalu, Anda melihat bahwa pasar juga menyukai krimer. Nah, Anda bisa memasukkan krimer ke dalam orange juice bubuk Anda menjadi sebuah produk baru. 

contoh penerapan combine dalam product development
sumber: medium

Tak hanya soal bahan, Anda bisa menggunakan Combine untuk menggabungkan dua fungsi yang berbeda dalam suatu produk. Cara ini bisa digunakan untuk produk barang maupun layanan jasa.

Contohnya, Niagahoster memiliki produk layanan hosting website dan beragam pilihan domain yang merupakan produk dengan fungsi berbeda. 

Namun, dengan menawarkan kedua produk bersamaan, ada value lebih yang diberikan untuk pelanggan, yaitu lebih mudah membuat website untuk identitas online. Bahkan, penawaran tersebut termasuk domain dan SSL gratis untuk mengamankan website sehingga lebih siap untuk online. 

harga hosting niagahoster
  • Adapt

Adapt adalah cara untuk membuat atau memasarkan produk baru sesuai dengan kebiasaan pelanggan saat ini. Untuk menerapkannya, Anda perlu mengamati perilaku pelanggan ketika berbelanja atau menggunakan sebuah produk.

Sebagai contoh, karena 66% orang lebih memilih berbelanja online saat ini, maka memasarkan produk Anda melalui media sosial dan website toko online adalah langkah terbaik. 

website untuk penerapan adapt dalam product development
  • Modify

“Elemen produk apa yang bisa diperkuat untuk membuat produk baru?” pertanyaan ini adalah awal mula dari penerapan elemen modify.  Dengan kata lain, Anda tidak perlu membuat produk baru, cukup melakukan modifikasi dari produk yang sudah ada. 

Misalnya, saat ini industri kecantikan marak menawarkan rangkaian produk skincare wanita. Namun, mayoritas kemasan cukup besar sehingga kurang praktis untuk dibawa kemana-mana dan harganya kurang terjangkau.

Nah, Anda mungkin bisa membuat produk dengan ukuran lebih kecil dan menjualnya dengan harga lebih murah. Misalnya, menyediakan ukuran 500 ml, 200 ml, dan 100 ml.

contoh penerapan modify size product development
sumber: pinterest
  • Put another use

“Apa lagi ya fungsi yang bisa ditambahkan ke produk ini?”

Untuk menerapkan put another use, Anda perlu menambahkan fungsi dalam suatu produk. Misalnya, Anda memiliki produk lip cream. Alih-alih memasarkannya sebagai pemerah bibir saja, Anda bisa membuat dan mempromosikan lip cream yang juga bisa berfungsi sebagai perona pipi dan eyeshadow.

contoh penerapan put another use product development
sumber: sophie martin paris
  • Eliminate

“Di bagian mana pelanggan selalu mengeluh? Bisakah bagian produk itu dihilangkan?”

Jangan memaksakan sebuah fitur produk jika memang konsumen tidak menginginkannya. Jadi, menghilangkan sebuah fungsi produk juga jadi bagian dari menemukan ide produk baru.

Misalnya, Anda memiliki produk parfum dengan kemasan botol kaca anti pecah. Ternyata, banyak pelanggan yang merasa kemasannya terlalu berat. Nah, Anda bisa menghapus skincare kemasan botol kaca dan menggantinya dengan kemasan plastik tebal.

mengganti kemasan kaca dengan plastik untuk menerapkan elemen eliminate dalam product development
sumber: pixabay
  • Reverse atau Rearrange

“Bagaimana jika peran dan urutan proses produksi diatur ulang?” 

Proses Reverse atau Rearrange bisa membantu Anda menemukan nilai lebih ketika proses produksi diubah.

Misalnya, Anda memiliki produk fashion yang selama ini membuatnya dalam jumlah banyak. Nah, ketika Anda memproduksi dengan sistem made by order, Bukan saja menghindarkan kerugian karena produk tidak laku, tapi juga  membuat pelanggan bebas merancang desain sebelum memesan baju. 

ilustrasi menjahit baju made by order
sumber: pixabay


2. Melakukan Riset Untuk Validasi Produk

Setelah mengembangkan ide dan konsep, jangan lupa melakukan riset pasar untuk mengetahui produk terbaik untuk konsumen. Caranya bisa dengan meminta feedback dari calon pelanggan Anda atau riset dari kompetitor. 

Dengan cara tersebut, Anda bisa mengetahui daya jual dan daya saing produk tersebut sekaligus untuk mengembangkan produk agar lebih baik daripada kompetitor. 

Ada beberapa cara yang bisa Anda coba untuk riset:

  • Menggunakan forum untuk mendapatkan feedback
contoh riset melalu review produk di website forum

Salah satu yang paling mudah dilakukan adalah melakukan riset tren produk melalui website forum. Alasannya, banyak konsumen yang memperbincangkan suatu produk berdasarkan pengalaman pengguna. 

Contohnya, ada female daily forum yang berisi review produk skincare. Di forum itu, Anda bisa memantau bagaimana konsumen menilai skincare dari tekstur, kecepatan efek pemakaian, dan harga. 

Lalu, riset kelebihan dan kekurangan skincare yang menjadi favorit. Katakanlah sebuah produk eye cream memiliki harga terjangkau dan tekstur mudah menyerap. Namun, efeknya ternyata tidak cepat terlihat di kulit. 

Nah, hasil riset bisa digunakan untuk mengembangkan produk agar memiliki value lebih dari kompetitor Anda. Misalnya, Anda membuat eye cream dengan harga terjangkau, tekstur mudah menyerap dan efek yang lebih cepat terlihat.

  • Riset tren produk melalui Google Trend

Lakukan riset tren produk dengan memasukkan kata kunci ke Google Trend. Tujuannya, untuk melihat produk yang sedang diminati oleh target pasar Anda.

cara menggunakan google trend untuk memantau tren produk

Misalnya, Anda akan membuat produk tas kulit dan tas kain.  Anda bisa masukkan kata kunci “tas kulit” dan “tas kain”, kemudian bandingkan grafiknya. 

Berdasar contoh di atas, tas kulit lebih diminati. Jadi, mungkin Anda bisa lebih banyak membuat tas kulit dibanding tas kain.

  • Memantau media sosial kompetitor
contoh penerapan social media hearing

Pertama-tama, tentukan kompetitor yang menjual produk serupa. Setelah itu, amati comment section di akun media sosial yang mereka gunakan untuk memantau topik tentang produk mereka. 

Anda bisa menemukan pola pembahasan dan topik yang sering muncul dan nantinya bisa digunakan untuk mengembangkan produk Anda.

Misalnya, pelanggan kompetitor lebih banyak membahas ketersediaan warna yang terbatas pada produk yang ditawarkan. Ini bisa menjadi inspirasi bagi Anda untuk menawarkan lebih banyak warna pada produk yang dibuat di tiap saluran penjualan.


3. Membuat Sketsa Produk

Setelah tahu produk yang kira-kira sesuai dengan kebutuhan pelanggan, saatnya membuat sketsa produk lengkap dengan material yang digunakan dan fitur yang akan dimasukkan.

Sebagai contoh, kalau ingin membuat produk tas, sketsa yang dibuat bisa seperti ini:

ilustrasi pembuatan sketsa produk
sumber: medium

Tuliskan lengkap material yang dibutuhkan, baik material utama maupun material pelengkap produk Anda, misalnya:

  • Kulit sintetis
  • Zipper
  • Straps
  • Kain lapisan pelindung bagian dalam tas
  • Label merek
  • Packaging

Jangan lupa untuk mencatat harga tiap material untuk menentukan perencanaan anggaran pada tahap berikutnya.

4. Membuat Prototype Produk

Selanjutnya, sketsa yang dibuat bisa dikembangkan menjadi sebuah prototype produk. Tidak perlu langsung membuatnya dari material utama. Misalnya, Anda bisa membuat prototype dengan kertas karton dulu untuk mendapat gambaran awal produk tersebut. 

contoh prototype produk dalam product development
sumber: pinterest

Namun, membuat prototype tak bisa sekali jadi. Anda bisa melakukan penyempurnaan produk sambil terus menyesuaikan dengan perkembangan permintaan pasar. 

Misalnya, kalau dengan material yang ada produk tersebut kurang cocok untuk penggunaan jangka panjang, sedangkan konsumen menginginkannya, Anda bisa mengganti dengan material yang lebih kuat. 

tahapan setelah membuat prototype produk
sumber: carryology

Selain mengerjakannya sendiri, Anda juga bisa melibatkan pihak ketiga dalam pembuatan prototype seperti pengrajin, desainer grafis dan penjahit.

5. Merancang Supply Chain

Setelah Anda menemukan prototype yang pas untuk produk yang akan dibuat, proses product development selanjutnya adalah merancang supply chain. Hal ini penting untuk mengetahui semua hal yang dibutuhkan, mulai dari proses produksi sampai ke distribusi. 

Jadi, supply chain tidak hanya berupa ketersediaan material, tapi juga sumber daya dan rekan kerja untuk mewujudkan produk tersebut, contohnya:

  • Vendor alat
  • Supplier bahan
  • Kapasitas gudang
  • Jasa pengiriman
  • Rancangan aktivitas produksi

Langkah pertama untuk merancang supply chain adalah survei offline maupun online. Namun, agar lebih menghemat biaya, lebih baik survei secara online. Caranya dengan mengunjungi website partner supply chain. 

merancang supply chain

Pada masing-masing supply chain, sediakan banyak opsi.  Misalnya, survei ke lima supplier bahan. Dengan begitu, Anda juga memiliki banyak opsi biaya.

6. Membuat Perencanaan Anggaran

Setelah melalui proses di atas, saatnya menentukan harga yang pas dari produk Anda. Tujuannya memastikan harga produk mampu memberikan keuntungan yang baik tapi tetap mampu bersaing dengan kompetitor. 


Proses perencanaan anggaran bisa Anda lakukan sesuai dengan jenis dan skala bisnis yang Anda miliki. Bisa dengan catatan manual atau menggunakan spreadsheet seperti ini:

Di dalam catatan rencana anggaran tersebut, pastikan sudah tercantum semua biaya material dan opsi pengiriman yang murah tapi kualitasnya baik. Kemudian, tentukan berapa banyak unit produk yang akan dibuat sebagai tahap awal. Ini tentu harus menyesuaikan budget bisnis Anda.

Jika semua detail biaya anggaran sudah sesuai strategi bisnis, Anda bisa memulai untuk menciptakan produk tersebut dan melanjutkan ke tahapan berikutnya.

7. Melakukan Uji Pemasaran

Jika produk sudah siap, saatnya melakukan uji pemasaran produk agar tahu daya tarik produk sebelum dipasarkan dalam skala besar.

ilustrasi media sosial

Salah satu caranya, Anda bisa memposting produk baru Anda di media sosial. Buatlah sebuah kampanye khusus. Setelah itu, Anda bisa mengamati berapa banyak orang yang melihat postingan Anda dan berapa jumlah interaksi berupa likes dan komen yang didapatkan. 

Akan lebih baik jika Anda membagi data tersebut dalam beberapa segmen sesuai kampanye yang dijalankan. Misalnya berdasarkan lokasi, jenis kelamin, hingga usia. 

8. Launching Produk

ilustrasi launching produk

Tahap terakhir dari proses product development adalah melakukan launch produk. 

Ada banyak cara yang bisa digunakan untuk membuat event launching produk yang menarik. Pertama, dengan melakukan kolaborasi antar brand seperti yang dilakukan H&M dengan Erdem, brand pakaian ternama.  Kolaborasi tersebut membuat launch produk diserbu banyak orang dengan kampanye limited edition yang digunakan. 

Kedua, menggandeng influencer untuk melakukan promosi seperti dilakukan Swarovski, sebuah brand perhiasan. Dengan kampanye acceptance and diversity, pangsa pasar anak muda berusaha diraih dengan kehadiran para influencer mereka.

Contoh Penerapan Product Development di Berbagai Industri

Sampai sini, Anda sudah memahami proses product development. Di bawah ini membagikan penerapan product development di beberapa industri.

Fashion

sumber: mothership.sg

Pandemi Covid 19 membuat toko-toko pakaian besar sepi pengunjung, tak terkecuali Zara. 

Tak ingin terdampak lebih parah, Zara melakukan gebrakan product development mereka dengan metode Fast Fashion, yaitu melakukan rearrange pada supply chain agar produksi dan distribusi produk lebih cepat. 

Seluruh toko kecil ditutup dan distribusi difokuskan ke toko besar. Sedangkan pembuatannya difokuskan di markas besar mereka di Spanyol dengan konsep limited stock. 

Dengan langkah ini, Zara berusaha membuat biaya produksi lebih irit, sekaligus membangun kesan produk eksklusif karena membuatnya dengan konsep Limited stock.

Kecantikan

ilustrasi contoh pengembangan make up base

Merek skincare lokal, Base juga melakukan proses rearrange dalam bentuk  personalisasi skincare. Sebelum memesan skincare, pelanggan mengisi form kondisi kulit. Setelah itu Base akan membuat kandungan skincare sesuai dengan kondisi kulit mereka.

Dengan pendekatan tersebut, Base tidak perlu membuat produk dalam jumlah besar yang belum tentu sesuai dengan kebutuhan pelanggan mereka. Selain itu, personalisasi produk tentu akan memberikan value lebih ke konsumen dan membangun engagement yang baik. 

Makanan dan Minuman

website burgreens

Sejak pandemi, gaya hidup sehat makin jadi tren. Burgreens memanfaatkan hal ini dengan membuat produk sehat, terutama untuk segmen vegetarian. Mulai dari steak hingga boba, yang semuanya berasal dari sayuran. 

Burgreens menerapkan konsep substitute pada product development mereka. Hal ini tentu sesuai dengan permintaan pasar yang lebih tinggi untuk jenis produk yang menyehatkan tersebut. 

Sudah Siap Bikin Produk Jempolan?

Membuat produk baru yang laku keras memang tidak mudah. Itulah kenapa Anda perlu merencanakan sebuah product development dengan tepat. Tujuannya, bukan hanya untuk membuat produk yang sesuai permintaan pasar tapi juga mampu bersaing dengan kompetitor.

Sebenarnya, melakukan product development tidak terlalu sulit. Anda bisa menggunakan beberapa langkah yang sesuai kebutuhan bisnis Anda. Mulai dari pengembangan ide, riset, hingga uji pemasaran dan launching produk.

Kami sudah menjelaskannya di atas beserta beberapa contohnya. 

Oh ya, untuk mendukung uji pemasaran, penggunaan digital marketing adalah pilihan terbaik saat ini. Tentunya, jangan hanya berbekal media sosial saja, tapi juga menggunakan website yang sekaligus untuk membangun brand awareness. 

Selain itu, website juga pas untuk melakukan launching produk secara online terkait dengan kredibilitas identitas online Anda sebagai bisnis. 

Jadi, bagaimana? Sudah siap membuat produk baru yang jempolan?


Lebih baru Lebih lama

Comments

Featured Widget

close